Posts

Yogyakarta — Pada Sabtu, 26 April 2025, ruang Serbaguna Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan dipenuhi antusiasme saat dua alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI UAD) hadir dalam Career Talk Show. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Syawalan dan Pelantikan KAMADA PBI UAD yang berlangsung pada hari yang sama.

Dengan durasi singkat namun penuh makna, talk show ini mempertemukan mahasiswa, dosen, dan alumni dalam satu ruang untuk mendengar kisah langsung dari Faisal Abidin, S.Pd. dan Miftah Royani, S.Pd., M.A., dua sosok alumni yang kini meniti karier sukses di jalur yang berbeda.

Kisah dari Dunia Bahasa dan Teknologi

Faisal Abidin mengawali kariernya di PT Nusantara Sakti sebelum melangkah ke dunia penerjemahan profesional. Dari posisi sebagai Translation Project Manager di STAR Software Indonesia, hingga menjadi Language Lead untuk Google Indonesia, Faisal kini menjabat sebagai Indonesian Language Specialist di RWS Group. Faisal membagikan bahwa kecintaannya terhadap bahasa dan pengalaman kuliah di bidang translation menjadi fondasi kuat dalam memilih jalur kariernya.

Faisal Abidin, S.Pd. | Indonesian Language Specialist di RWS Group

“Memang kita kuliahnya di Pendidikan Bahasa Inggris yang diarahkan sebagai pendidik, tapi pada akhirnya kita harus bertanya pada diri sendiri: ‘Apa yang benar-benar ingin saya lakukan?’ Jika jiwa kita tidak di mengajar, tidak apa-apa kok memilih pekerjaan yang tidak linier,” ungkapnya, yang menjadi salah satu kutipan paling mengena sore itu.

Dari Debat Kampus ke Dunia Wirausaha

Berbeda jalur, namun tak kalah inspiratif, Miftah Royani justru menemukan passion-nya di dunia wirausaha. Setelah sempat menjadi instruktur bahasa Inggris dan dosen luar biasa, Miftah kini dikenal sebagai founder dari dua brand usaha, yakni Mandaka Home Living dan Cintamart. Dalam pemaparannya, Miftah menyebut bahwa mata kuliah Practicum Journalism menjadi salah satu momen penting dalam membentuk mental dan keberaniannya. 

Miftah Royani, S.Pd., M.A. | Entrepreneur (Founder Cintamart & Mandaka Home Living)

“Waktu itu kami diminta mewawancarai wartawan senior langsung di kantornya. Itu benar-benar butuh mental kuat. Ditambah lagi, saya juga aktif di debat, dan itu sangat membantu membentuk pola pikir kritis saya,” ujar Miftah. 

Menurutnya, sikap berani dan berpikir tajam yang terbentuk sejak kuliah kini menjadi aset penting dalam membangun dan menjalankan bisnis. Miftah berpesan, “Kalau bekerja, harus seratus persen.” Sebuah pernyataan kuat sebagai pengingat untuk selalu total dalam menjalani peran kita.

Menemukan Jalan, Meski Tidak Lurus

Dari talk show ini, tersampaikan satu benang merah: bahwa perjalanan karier tak harus selalu lurus atau sesuai ekspektasi awal. 

“Tidak apa-apa kok kalau saat lulus belum langsung bekerja di tempat yang diinginkan, atau mendapat gaji yang sesuai harapan, kehidupan akan membawa kita ke tempat yang memang sudah ditakdirkan untuk kita,” ujar Eryke, selaku moderator, saat menutup talk show hari itu.

Songkhla, Thailand — Riesta Chania Sandy, alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2014, baru saja mengukir prestasi membanggakan di kancah internasional. Ia dinobatkan sebagai Outstanding Teacher oleh Private Islamic Schools Association of Songkhla Province, Thailand, pada peringatan Hari Guru Nasional Thailand yang jatuh pada 16 Januari 2025 lalu. Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan kontribusinya yang luar biasa dalam dunia pendidikan, khususnya di Sangkhom Islam Wittaya School, tempat Riesta mengajar selama empat tahun terakhir. Sebelum mengajar di Sangkhom Islam Wittaya School, Riesta sempat mengajar di Uttayan Suksa Krabi School, Thailand. Pengalaman tersebut turut membentuk kompetensinya sebagai pendidik yang adaptif dan berdedikasi tinggi dalam lingkungan multikultural. Secara keseluruhan, ia telah menetap dan mengabdikan diri sebagai pendidik di Thailand selama hampir enam tahun.

“Saya tidak tahu pasti apakah ada syarat tertentu untuk menerima penghargaan ini, tapi saya tahu bahwa saya dipilih oleh sekolah, mungkin karena pengabdian yang konsisten dan kehadiran saya selama bertahun-tahun di sekolah ini,” ujar Riesta dengan rendah hati.

Mengajar dengan Hati: Kunci Dedikasi dan Pengaruh

Riesta percaya bahwa keberhasilannya sebagai pendidik tidak lepas dari satu prinsip utama: mengajar dengan hati.

Riesta Chania Sandy Raih Penghargaan Outstanding Teacher di Thailand

“Ilmu bisa disampaikan siapa saja, tapi yang sampai ke hati siswa itu adalah ketulusan,” ujarnya. Bagi Riesta, seorang guru bukan hanya pengajar materi, tapi juga sahabat perjalanan bagi murid-muridnya. “Dunia pendidikan terus berubah, murid juga berkembang. Kita sebagai guru harus terus belajar dan terbuka dengan hal baru,” tambahnya.


Tantangan di Negeri Orang

Tinggal dan mengajar di luar negeri tentu bukan perkara mudah. Riesta menghadapi tantangan berupa perbedaan sistem pendidikan, budaya kerja, hingga hambatan bahasa. Namun, ia berhasil melewatinya dengan mengandalkan kemampuan interpersonal, belajar dari lingkungan, dan membangun relasi dengan guru lokal maupun guru Indonesia di Thailand. Tak lupa, ia juga mulai mempelajari bahasa Thailand untuk mempermudah komunikasi sehari-hari.

Bekal dari PBI UAD

Pengalaman akademiknya di PBI UAD turut membentuk karakter dan kompetensinya sebagai seorang guru profesional. Ia mengapresiasi pendekatan seimbang antara teori dan praktik yang diterapkan kampusnya. Program magang, mata kuliah strategi pengajaran, serta manajemen kelas menjadi bekal yang sangat berguna dalam kariernya di luar negeri. Dalam proses mengajarnya, Riesta memanfaatkan berbagai media visual dan digital seperti video, game interaktif, serta media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah, seperti flashcards dan storybooks. Pendekatan ini terbukti efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa di kelas.

Pesan untuk Calon Guru

Bagi para mahasiswa PBI UAD yang sedang meniti jalan menjadi guru, Riesta berpesan untuk menikmati prosesnya. Ia mengingatkan bahwa menjadi guru bukan soal tahu segalanya, tapi soal kemauan untuk terus belajar dan peduli.

“Ilmu yang kalian bagikan bakal jadi amal jariyah. Jadi, tetap semangat, tetap rendah hati, dan jangan lupa: jadi guru itu keren!” imbuhnya dengan semangat.

Langkah Selanjutnya

Tak berhenti sampai di sini, penghargaan ini justru menjadi pemantik semangat bagi Riesta untuk terus berkembang. Ia bercita-cita melanjutkan studi ke jenjang S2, khususnya di bidang pendidikan bahasa atau pengembangan kurikulum, demi memperluas wawasan dan memperdalam pengaruhnya sebagai pendidik.

Riesta Chania Sandy adalah bukti nyata bahwa ketulusan, semangat belajar, dan keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Hal ini dapat membawa seorang guru menuju pengaruh yang lebih luas — hingga lintas negara.