Posts

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris (MPBI) menjadi pembicara di International Review Film bersama mahasiswa Sea Teacher dari Filipina. Acara berlangsung pada Sabtu, 15 Februari 2025 yang diadakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Bertempat di Lab Bahasa B, lantai 7, Gedung Lab, dari pukul 12.30 hingga 14.00. 

Acara ini mengusung tema Intercultural Insights on Screen: International Review Film Competition  yang diharapkan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru oleh para peserta. Film yang diriview adalah film Tilik yang dirilis pada pertengahan tahun 2020.

Acara dibuka dengan sambutan dari Irfan Yunianto, Ph.D, perwakilan dari Global Cooperation Team. Dalam sambutannya, Irfan berharap acara ini dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa luar tentang Indonesia melalui film yang ditayangkan.

Sambutan oleh Irfan Yunianto, Ph.D, perwakilan dari Global Cooperation Team.

“Semoga dari sini bisa menambah pengetahuan tentang budaya, bahasa, dan pendidikan Indonesia dari film ini,” jelas Irfan.

Setelah sambutan, peserta diajak untuk nobar (nonton bareng) film Tilik. Acara dilanjutkan dengan diskusi khusus bersama para narasumber, yaitu Azzam Firdausi Irawan (Mahasiswa Magister PBI UAD), Qurrota A’yun (Mahasiswa PBI UAD), dan Putri Sabrina Uswatun Hasanah (Mahasiswa PG PAUD UAD). 

Qurrota A’yun (Mahasiswa PBI UAD), Azzam Firdausi Irawan (Mahasiswa Magister PBI UAD) Narasumber Bedah Film Internasional

Dalam diskusi ini, Azzam membahas aspek budaya yang terkandung dalam film. Sementara itu, Qurrota dan Putri lebih menekankan pada kosakata dan bahasa Jawa yang digunakan. Putri juga membahas aspek akademik dan keluarga yang terdapat dalam film.

Sebagai penutup, acara diakhiri dengan sesi kuis dan foto bersama seluruh peserta dan narasumber. Acara ini diharapkan dapat mempererat hubungan antar mahasiswa, serta memberikan wawasan baru tentang budaya dan bahasa melalui medium film.

Tiga alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) meraih penghargaan dalam tiga kategori Anugerah Alumni Berprestasi pada ajang Andalan Awards VII. Acara tahunan yang diselenggarakan oleh UAD ini kembali digelar pada Kamis, 6 Februari 2025, di Amphitarium Universitas Ahmad Dahlan. Andalan Awards merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi dan prestasi bagi dosen, mahasiswa dan alumni. Termasuk pula organisasi mahasiswa dan organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah. 

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Sucipto, M.Pd.BI., Ph.D., menyampaikan apresiasinya atas capaian para alumni yang telah mengharumkan nama PBI UAD.

“Saya bangga dan bersyukur atas pencapaian ini. Prestasi ini membuktikan bahwa alumni Pendidikan Bahasa Inggris UAD mampu berkiprah di berbagai bidang. Semoga keberhasilan mereka dapat menginspirasi alumni lainnya untuk terus berkarya,” ujar Sucipto.

Tiga Kategori Penghargaan

Pengabdian Masyarakat

Penghargaan Alumni Berprestasi Terbaik I di bidang Pengabdian Masyarakat diraih oleh Nasihin, S.Pd. Ia saat ini menjabat sebagai Koordinator Kecamatan Tenaga Pendamping Profesional Kemendesa PDTT. Nasihin memulai kariernya sebagai guru sebelum beralih ke bidang pendampingan desa dan pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

“Saya bersyukur atas penghargaan ini. Dalam tugas saya, saya membawahi dua Tenaga Pendamping Desa dan tiga Tenaga Pendamping Lokal Desa. Kami bertanggung jawab dalam perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban Dana Desa yang bersumber dari APBN. Selain itu, saya juga aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, seperti kelompok perempuan, kesenian, dan berbagai kegiatan edukatif,” jelas Nasihin.

Penelitian dan Publikasi

Penghargaan Alumni Berprestasi di bidang Penelitian diberikan kepada Muhammad Iqwan Sanjani. Saat ini, ia tengah menempuh studi di Australia. Ia juga aktif berkegiatan dalam berbagai kegiatan akademik, termasuk konferensi dan publikasi ilmiah yang berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai buktinya, ia menjadi presenter dalam acara HAL Linguistic Symposium dan Applied Linguistic Association of Australia (ALAA). Setelah meraih gelar sarjana di PBI UAD, Sanjani melanjutkan studi di Master of Science in TESOL di University of Bristol, Inggris. Dan saat ini sedang menjalani program doktor di bidang Sociolinguistics di University of New South Wales, Australia.

Karier Instansi

Dalam kategori Alumni Berprestasi di bidang Karier Instansi, penghargaan diberikan kepada Dr. Marzal, M.Pd.. Marzal, yang juga alumni PBI UAD, saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Kota Palembang. Selain itu, ia dipercaya sebagai Sekretaris Badan Akreditasi Nasional Pendidikan PAUD, Dasar, dan Menengah Provinsi Sumatera Selatan untuk periode 2025–2028.

Prestasi yang diraih oleh ketiga alumni ini menjadi bukti nyata bahwa lulusan PBI UAD memiliki kompetensi dan dedikasi tinggi di berbagai bidang profesional. Penghargaan ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa dan alumni untuk terus berkembang serta memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

“Universitas Ahmad Dahlan, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, bangga memiliki alumni yang mampu berkiprah dan memberikan dampak positif di berbagai sektor secara profesional,” tutur Sucipto.

In a groundbreaking event that marks a significant milestone in the realm of English Language Education Study Program, Ahmad Dahlan University (UAD) proudly hosted a Public Lecture that has set the academic community abuzz. Held on a crisp Tuesday, September 24, 2024, at the prestigious Educators Hall within Campus 4, this event was not just a routine academic gathering but a beacon of innovation and transformation in English education.

Titled “The Next English Educators: Innovation and Transformation,” the lecture saw the convergence of minds eager to redefine the contours of English teaching. The highlight was the presence of the illustrious Dr. Itje Chodijah, M.A., who graced the event as the keynote speaker. As the Chair of the Indonesian National Commission for UNESCO, Dr. Itje brought to the table a wealth of knowledge and an unrivaled passion for revolutionizing education.

Sucipto, Ph.D.

In a speech delivered by the Head of English Language Education Study Program, Sucipto, M.Pd.BI., Ph.D., he stated the importance of the role of an educator who can inspire his students.

“Mrs. Itje Chodidjah is an expert in teaching English for young learners. She was very inspiring not only in teaching English, but also for better education for this nation and the world,” he said. 

Mrs. Itje explained that the most important thing after graduating is self-competence.

“When looking for a job later, those grades are not as important anymore. People see us from the competence we have, the skills we have. So we need to prepare more than just knowledge. Prepare yourself from today, be someone who is good at using your time. In essence, everyone has 24 hours, but some of them have many achievements, some are mediocre, that’s because they use their time.” she said.

Dr. Itje Chodijah, M.A.

The Public Lecture with Dr. Itje Chodijah was more than just an academic event; it was a movement towards a brighter future in English education. As the participants left the hall, they carried with them not just knowledge, but a renewed sense of purpose and a commitment to making a difference in the world of education. Ahmad Dahlan University’s English Language Education program has indeed set the stage for a new era of educational excellence.

Belum lama ini, Astry Fajria, salah satu Dosen Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Ahmad Dahlan, diundang sebagai tamu dalam podcast Akademi Translexi. Podcast tersebut diselenggarakan pada tanggal 23 Februari 2024 dan ditayangkan secara live di akun YouTube Akademi Translexi. Podcast yang bertajuk Penerjemah Berkisah Kelindan Profesi Pengajar dan Penerjemah di eps 007 itu mengulik cerita tentang Astry yang memiliki dua profesi sekaligus, yaitu sebagai pengajar dan penerjemah.

Dengan dua profesi yang dijalaninya, Astry menjelaskan bahwa tidak ada yang ia kurangi atau tinggalakan diantara keduanya.

“ Keduanya berjalan beriringan, dan juga karena saya suka belajar. Saya menganggap bahwa menjadi pengajar maupun penerjemah adalah tempat saya bisa belajar hal baru. Semaksimal mungkin keduanya berjalan dengan baik” tuturnya

Menggeluti bidang trasnlation sejak kuliah, Astry mendapat tawaran pertama kalinya dengan upah yang masih kecil dan belum tahu kalau penerjemah adalah sebuah profesi.

“ Karena kuliah S1 Sastra Inggris, orang menilai saya jago bahasa inggris, dari situlah tawaran pekerjaan muncul untuk menerjemahkan sebuah teks, waktu itu saya tidak tahu kalau itu bisa menjadi ladang penghasilan saya”

Astry Fajria, S.S., M.Pd.B.I.

Astry Fajria, S.S., M.Pd.B.I., Dosen PBI UAD

Lalu Astry juga menjelaskan bahwa dia sangat suka menerjemah. Semua tawaran menerjemah ia ambil, mulai dari draft buku hingga yang tertinggi, yaitu menerjemahkan undang-undang. Sempat gagal mendaftar di salah satu agensi penerjemah, ia kembali mencoba di agensi lain dan berhasil lulus. Dari situlah, jaringan koneksi semakin luas dan  ia mendapatkan banyak tawaran dari teman kuliah, kerja dan bahkan tawaran dengan level yang  semakin tinggi. Dari penerjemah yang awalnya di bayar 700 rupiah sampai dibayar perkata. Dan saat ini ia berhasil memborong 4 sertifikasi penerjemah oleh HPI dalam kurun waktu 2 tahun saja dan menjadi penerjemah bersertifikasi.

Menjalani dua profesi tersebut, tentu ada beberapa kendala dan tantangan yang ia hadapi.

“ Kalau misal lagi mendapat job dan saya sedang ada kuliah, saya biasanya meminta deadline lebih panjang atau kelasnya yang saya delay” ungkapnya.

Selanjutnya, Astry juga menjelaskan bahwa sebagai pengajar atau dosen, tantangan yang dihadapinya adalah kehadiran AI. Penggunaan AI menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, sebagai dosen, ia mencari jalan lain agar kemampuan dasar penerjemah mahasiswa tetap terjaga.

Astry berpesan kepada mahasiswa dan pemula yang ingin menjadi penerjemah.

“ Be yourself, AI itu membantu bukan mengalihkan pekerjaan kita kepadanya. Karena otak kita lebih hebat dari AI sendiri. Sebagai pemula kita harus mau belajar, manfaatin komunitas penerjemah yang ada, cari mentor dan jangan menutup atau menyempitkan lapagan pada uang” ujarnya.

Nurlaila bersama mahasiswa PBI UAD

Prodi PBI UAD kembali menggelar seminar dengan mendatangkan pembicara-pembicara dari kalangan alumni berprestasi. Seminar Series #3 mengangkat topik Public Speaking yang dilaksanakan di Auditorium Lantai 3, Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan. Acara yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 6 Januari 2024 tersebut dihadiri oleh Kepala Program Studi PBI, Dosen PBI dan Mahasiswa PBI.

Membawakan materi storytelling Nurlaila Nikmah Afina, S.Pd. sukses membuat para peserta terhibur dengan games yang ia lakukan. Ms. Nurlaila merupakan salah satu Alumni PBI yang sukses dengan kemampuannya pada bidang storytelling. Pada pemaparan materinya Nurlaila membagikan banyak sekali manfaat yang ia dapatkan saat menjadi storyteller. Nurlaila menjelaskan bahwa menjadi storyteller berdampak positif dikehidupannya.

Nurlaila bersama mahasiswa PBI UAD

Nurlaila bersama mahasiswa PBI UAD

“Menjadi storyteller membuat saya mendapat kesempatan untuk tampil, saya juga memenangkan beberapa lomba tingkat nasioal sampai internasional. Dengan menulis kita bisa loh menjadi berprestasi, menulis juga membuka merupakan skill yang bisa kita jadikan sebagai job di masa kini ataupun mendatang” tuturnya.

Begitu pula dengan pemateri kedua, yaitu Patria Handung Jaya, S.Pd., M.A.. Baliau merupakan seorang alumni PBI UAD dan saat ini mengajar di Prodi PGSD UAD. Handung aktif dalam bidang Public Speaking dan merupakan salah satu MC Professional di UAD. Selain itu, beliau sering menjadi presenter dan moderator dalam acara-acara penting. Menurut Handung ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk menjadi Public Speaking.

Patria Handung Jaya, S.P.d, M.A.

Patria Handung Jaya, S.P.d, M.A.

“Dalam Public Speaking, terdapat 3 bagian penting yaitu pre-peformance, during performance dan post performance. Pre-performance adalah menyiapkan materi dengan matang, latihan didepan cermin/camera, mencari well-outfit. Bagian during performance, kita harus bisa berkomunikasi dengan para peserta yang ada, karena kita harus menjadi hal yang menarik buat mereka untuk didengar, intinya berinteraksi dengan penonton, seperti melakukan eye contact, communication verbal and non-verbal, less-fillers, bagian terakhir ini adalah penutup dari perfomance kita, tambahan quote yang bermakna” ungkapnya.

Seminar Series berlangsung sukses. Para peserta terhibur dengan games dan mendapatkan banyak manfaat dari materi yang disampaikan. Kedua pemateri alumni PBI UAD ini memberikan inspirasi bagi para peserta untuk berkembang dalam keterampilan komunikasi mereka.

Seminar Series #2

Seminar Series #2