Universitas Ahmad Dahlan sebagai salah satu perguruan tinggi Muhammadyah di Yogyakarta dikenal dengan norma keislaman yang tercermin baik dari tutur kata maupun perilaku mahasiswanya. Selain itu, UAD juga terkenal dengan keberagaman latar belakang civitas akademika yang ada di dalamnya. Sudah bukan menjadai rahasia umum lagi tentunya, mahasiswa UAD tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia tetapi juga berbagai Negara baik dari wilayah Asia, Amerika dan Eropa. Namun yang menarik ialah keberagaman latar belakang agama dari mahasiswa UAD. Hal ini terkadang dianggap sebagai hal yang tabu di beberapa daerah ataupun institusi pendidikan berbasis agama. Fenomena ini menjadi hal yang menarik diteliti terkait bagaimanakah sebenarnya sikap toleransi antar umat beragama di UAD?

Hermantius, salah satu mahasiswa katolik dari prodi Pendidikan Bahasa Inggris beberapa waktu lalu membagikan kesan dan pesannya terkait menjadi mahasiswa minoritas di UAD khususnya di Prodi PBI UAD. Pemuda kelahiran Barindu, 30 April 1994 ini mengungkapkan bahwa dirinya tidak merasakan adanya kesulitan yang berarti selama menjadi mahasiswa kampus Muhammadyah ini. Ia memaparkan bahwa justru dirinya selalu dirangkul oleh rekan kelasnya. Menurutnya, UAD merupakan salah satu institusi yang tidak hanya memadai dari segi fasilitas, namun juga dari segi kemanusiaan. Ia merasakan adanya kekeluargaan dan rasa toleransi yang kental selama di UAD. Ia merasa sangat bangga dan diberkati karena dapat menjadi salah satu bagian dari universitas ini.

“Saya sangat senang, karena saya juga dapat belajar mengenai nilai-nilai agama lain sehingga memperkaya pengetahuan saya mengenai arti rasa toleransi” ungkapnya. Diakuinya bahwa selama berkuliah di UAD, ia memang harus mrngikuti mata kuliah islam seperti fiqih, ilmu dakwah bahkan tes TBQ. Berbekal keinginan untuk mempelajari agama dari perspektif lain dan bimbingan dari rekan dan dosen, semua itu dijalaninya dengan senang hati.

Mahasiswa semester 6 ini menambahkan, bahwasanya hidup memang harus berpegangan tangan dan merangkul perbedaan, seperti pepatah yang mengatakan “pelangi tidak akan indah jika hanya dihiasi satu warna”. Menurutnya, begitulah fisolosofis kehidupan, perbedaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti ataupun dibenci namun harus dirangkul agar kehidupan selama di dunia selalu diberkati.

 

3/28/2018

Ika, Hana